Sri wahyuni (Juara Harapan III Sayembara Kepenulisan Srikandi Temilreg IX)_ KSEI EKSY Ambon
Banyaknya kesalahan, kekerasan, dan ketidakadilan terjadi sebenarnya bukanlah atas dasar kesalahan itu sendiri , namun semua terjadi karena diamnya orang yang mengetahui bahwa itu adalah sebuah kesalahan.
Aku adalah seorang anak perempuan yang terlahir dari keluarga sederhana dan penuh cinta, memiliki empat saudara laki – laki. Menjadi satu – satunya anak perempuan tak membuatku diperlakukan beda dengan keempat saudara ku, banyak ekspektasi yang datang namun semua tidak begitu sesuai dengan kenyataan yang ada. Kami di didik bersama namun diberi batasan yang berbeda, sehingga membuat ku menjadi pribadi yang tertutup. Pernah terbesit dalam pikiranku bahwa ini adalah sebuah ketidak adilan, yang selalu saja menimbulkan banyak pertanyaan dalam kesendirian.
Diri yang selalu sendiri membuatku takut untuk menyampaikan sesuatau, walaupun jika sekedar bertanya mengenai keputusan yang diambil mereka terhadap ku, membuatku tak punya keberanian sama sekali, hanya terdiam dan mengatakan iya saja terhadap keputusan dari mereka.. Hal ini berlanjut sampai aku lulus dari sekolah, hingga suatu saat aku tersadar bahwa aku tak harus begini. Aku memiliki hak atas diriku sendiri yang sebetulnya mereka hanya membantu mengarahkan, serta mengenai keputusan akan kemana aku melangkah adalah tanggung jawabku.
Dari sinilah kisahku di mulai, aku yang kini menjadi seorang mahasiswa mencoba untuk memahami identitas mahasiswa yang sesungguhnya serta merasa memerlukan suatu wadah dimana untuk belajar itu semua. Awalnya sempat berfikir untuk bisa masuk beberapa organisasi eksternal namun lagi-lagi gagal karena batasan yang diberikan, dalam titik itu aku masih berusaha untuk bisa meyakinkan orang tua namun tetap saja gagal. Waktu terus berjalan dan tekatku untuk bisa berorganisasi masih sangatlah tinggi.
Hingga suatu hari aku diperkenalkan dengan organisasi KSEI EKSY, yang dari tadinya tidak yakin namun ketidak yakinan itu tersingkirkan karena rasa ingin tahu. Tepatnya tanggal 29 November 2020 adalah hari yang baik dan bersejarah dalam perjalanan ini serta juga merupakan titik balik dari segalanya. Memori masih terkenangakan bagaimana aku mengikuti diklat dan mengucapkan sumpah setia dalam berkontribusi mendakwahkan ekonomi islam.
Setalah hari itu, aku menjadi pribadi yang sangat kritis terhadap sesuatu yang keliru. Hari – hari berlanjut banyak perubahan terjadi namun aku tak menyadari. Melahirkan banyak tanggapan datang padaku mulai dari terlalu sibuk,tidak lagi mementingkan kuliah dan lain sebagainya. hal itu sebenarnya sudah ku duga sebelumnya karena satu batasan telah kulanggar. Pasti kalian bertanya – tanya sebenarnya batasan apa yang ku maksud? Batasan itu adalah berorganisasi. Entah tanggapan dari meraka betul adanya dan aku yang tidak menyadari semuanya ataukah mereka yang tidak bisa menerima karena telah melanggar hal demikian.
Semakin hari kini aku mulai terbiasa dengan berbagai macam tanggapan yang ada, hal demikian justru membuatku termotivasi untuk membuktikan kepada mereka bahwa tidak semua organisasi itu sama dan berorganisasi bukanlah sebuah hal buruk. Untuk membuktikannya aku mulai rutin mengikuti kajian. Hingga pada suatu kajian terdapat materi tentang riba, sebenarnya riba tidak begitu asing bagiku namun aku belum pernah belajar dengan jelas apa itu riba. Kajian hari itu terasa sangat lama dan akupun sangat menikmatinya karena ada sesuatu hal yang begitu dekat dengan ku.
Sesuatu itupun membuatku tidak fokus pada penghujung kajian. Yang lain juga tidak begitu menghiraukan ku, setelah beberapa menit aku berusaha berfikir ternyata baru teringat dengan koperasi yang di jalankan keluarga ku. Setelah kajian selesai, timbul rasa penasaran dan banyak pertanyaan tentaang riba. Karena penasarannya tentang riba membuatku mencari informasi lebih lanjut. Semakin aku memperdalamnya semakin besar kesadaranku bahwa koperasi yang dijalankan keluarga mengandung unsur riba didalamnya.
Mulai hari itu aku menjadi tidak tenang, aku ingin sekali memberi penjelasan kepada mereka tentang hal itu, namun aku tidak punya keberanian. Karena tidak ingin keluargaku terlarut dalam kesalahan ini, ku mencoba memberitahu mereka dengan cara – cara ku. Cara pertama yang ku lakukan adalah dengan mengirimkan video – video tentang riba di grup keluarga. Hal itu ku lakukan hingga beberapa bulan. Aku yang terus berusaha tidak melihat pengaruh apa – apa. Aku pun mencoba memberitahu secara langsung, karena mengingat aku begitu dekat dengan mama, akupun mencoba mengambil hatinya dan perlahan mulai memberi penjelasan padanya. Mama yang awalnya tidak begitu menghiraukan ku mulai resah dengan penjelasan– penjelasan yang ku utarakan setiap hari. Karena sudah begitu resah mama pun memberitahu hal ini kepada ayahku. Aku semakin takut,aku takut dianggap durhaka oleh mereka tetapi ini adalah sebuah kesalahan yang harus ku luruskan. Benar saja setelah ayahku mengetahui hal itu, ia semakin marah pada ku, katanya aku setelah masuk organisasi, aku semakin suka membantah padahal aku hanya ingin menyuarakan kebenaran saja.
Ayah yang sangat marah kerena menurutnya aku membantah akhirnya tidak lagi mau bicara dengan ku. Aku yang terus berusaha tanpa dukungan siapapun tidak membuatku putus asa, hingga pada suatu malam aku mencoba bicara langsung dengan ayahku bahwa apa yang mereka jalankan tidaklah benar sistem yang kalian gunakan itu riba. Karena merasa terlalu berlebihan dan sudah keterlaluan ayahku pun sangat marah hingga memberi ku pilihan. Pilihan itu berorganisasi atau kuliah. Karena menurutnya aku seperti ini karena aku berorganisasi.
Aku sangat hancur pada saat itu sempat terlintas di pikiran untuk berhenti berorganisasi namun aku di kuatkan oleh orang – orang baik mereka menyadarkan ku dengan mengatakan bahwa Rasul saja pada saat ingin menunjukan kebenaran banyak yang tidak suka apa lagi kita manusia biasa dan atas sumpah untuk mendakwahkan ekonimi islam yang telah aku ikrarkan, membuatku yang hampir putus asa akhirnya kembali bersemangat. Beberapa hari kemudian aku kembali mengingatkan ayah. Mungkin karena melihat aku yang tidak ada hentinya berusaha mengingatkan mereka hati ayah pun mulai luluh dan mulai mendengarkan penjelasan dariku. Setelah ku jelaskan panjang lebar tentangnya ayah terdiam beberapa menit sambil menatapku dan setelah itu beliau mengucapkan terimakasih padaku.
Setelah malam itu ayah perlahan mulai mengganti sistem yang ada di koperasinya dan akudipercayakan untuk ikut menjalankan apa yang telah ia bangun. Aku yang dulunya dilarang kini tidak lagi. Hal ini mengajarkan kepada kita mengenai kejadian-kejadian keliru sekitar kita namun memilih untuk diam. Kita sebagai manusia haruslah saling mengingatkan siapapun dia kebenaran harus tetap di utarakan. Walaupun memang sulit meyakinkan setiap orang bahwa hal yang mereka lakukan itu keliru, tetap tugas kita adalah mengingatkan mereka, walaupun banyak tantangan kebeneran tetap harus ditegakan.
Deskripsi Penulis
Comments
Post a Comment